ETIKA BISNIS
Model etika
dalam bisnis, Norma dan etika dalam pemasaran dan Jenis pasar
Kelompok :2 (Dua)
Nama :
AHMAD RIZKQI NOPALDI (19213875)
HASFHI ADLI
PUTRA (13213972)
MUHAMMAD WACHID AGUNG LAKSONO (16213171)
RICKY WIDIANTO (17213611)
Kelas : 4 EA 29
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2016
BAB
3
Model
Etika dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor - faktor yang Mempengaruhi
Etika Manajerial
Menurut Zimmerer, pihak yang bertanggung jawab
terhadap moral etika adalah manajer. Oleh karena itu, ada tiga tipe manajer
dilihat dari sudut etikanya, yaitu :
1. Immoral Manajemen
Manajer Immoral didorong oleh Sumber : Thomas W.
Zimmerer, Norman M. Scarborough, Entrepreneurship and The New Ventura Formation
1996 hal. 21, alasan kepentingan dirinya sendiri demi keuntungan sendiri atau
perusahaannya. Kekuatan yang menggerakkan manajemen Imoral adalah kerakusan/
ketamakan, yaitu berupa prestasi organisasi atau keberhasilan personal.
Manajemen immoral merupakan kutub yang berlawanan dengan manajemen etika.
Misalnya, pengusaha yang menggaji karyawannya dengan gaji dibawah upah fisik
minimum atau perusahaan yang meniru produk-produk perusahaan lain, atau
perusahaan percetakan yang memperbanyak cetakannya melebihi kesepakatan dengan
pemegang hak cipta dan sebagainya.
Immoral manajemen juga merupakan tingkatan terendah
dari model manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis. Manajer
yang memiliki manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali tidak mengindahkan
apa yang dimaksud dengan moralitas, baik dalam internal organisasinya maupun
bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya. Para pelaku bisnis yang
tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan
kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri
sendiri, baik secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini
selalu menghindari diri dari yang disebut etika. Bahkan hukum dianggap sebagai
batu sandungan dalam menjalankan bisnisnya.
2. Amoral Manajemen
Tujuan utama dari manajemen amoral adalah juga
profit, akan tetapi tindakannya berbeda dengan manajemen immoral. Ada satu cara
kunci yang membedakannya, yaitu mereka tidak dengan sengaja melanggar hukum atau
norma etika. Bahkan pada manajemen amoral adalah bebas kendali dalam mengambil
keputusan, artinya mereka tidak mempertimbangkan etika dalam mengambil
keputusan. Salah satu contoh dari manajemen amoral adalah penggunaan test lie
detector bagi calon karyawan.
Tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan moralitas
dalam manajemen adalah amoral manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen,
manajer dengan tipe manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama
sekali etika atau moralitas. ). Tipe ini adalah para manajer yang dianggap
kurang peka, bahwa dalam segala keputusan bisnis yang diperbuat sebenarnya
langsung atau tidak langsung akan memberikan efek pada pihak lain. Oleh karena
itu, mereka akan menjalankan bisnisnya tanpa memikirkan apakah aktivitas bisnisnya
sudah memiliki dimensi etika atau belum. Manajer tipe ini mungkin saja punya
niat baik, namun mereka tidak bisa melihat bahwa keputusan dan aktivitas bisnis
mereka apakah merugikan pihak lain atau tidak.
3. Moral Manajemen
Manajemen moral juga bertujuan untuk meraih
keberhasilan, tetapi dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika.
Filosofi manajer moral selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk
beretika dalam perilaku. Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan
moralitas diletakkan pada level standar tertinggi dari segala bentuk prilaku
dan aktivitas bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tipe ini hanya menerima
dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku namun juga terbiasa meletakkan
prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya. Seorang manajer yang termasuk
dalam tipe ini menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi hanya jika bisnis
yang dijalankannya secara legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam
komunitas, seperti keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang
berlaku.
4.Sumber nilai etika :
a. Agama
Banyak ajaran dan paham pada masing-masing agama.
Dengan maksud pengertian Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari
kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan
tatanan/perintah dari kehidupan.Banyak agama memiliki narasi, simbol,
dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau
menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka
tentang kosmos dansifat
manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum
agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa
perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.
b. Filosofi
Pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang.
Arti Filosofi yaitu studi mengenai kebijaksanaan, dasar dasar
pengetahuan, dan proses yang digunakan untuk mengembangkan dan merancang
pandangan mengenai suatu kehidupan. Filosofi memberi pandangan dan menyatakan secara
tidak langsung mengenai sistem kenyakinan dan kepercayaan. Setiap
filosofi individu akan dikembangkan dan akan mempengaruhi prilaku dan sikap
individu tersebut. Seseorang akan mengembangkan filosofinya melalui belajar
dari hubungan interpersona, pengalaman pendidikan formal dan informal,
keagamaan, budaya dan lingkungannya.
c. Budaya
Ciri khas utama yang paling menonjol yaitu
kekuluargaan dan hubungan kekerabatan yang erat. Definisi
budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adatistiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya
turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar,
dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
d. Hukum
Biasanya hukum dibuat setelah pelanggaran – pelanggaran
terjadi dalam komunitas. Arti hukum adalah sistem yang terpenting
dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan. Dari bentuk
penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam
berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial
antar masyarakat terhadap
kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan
cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka
kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas
kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih.
Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali
keputusan dari pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan
antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan
peraturan atau tindakan militer. filsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah
supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada dibandingkan dengan peraturan
tirani yang merajalela."
5.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi etika manajerial mencakup :
a. Leadership
Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan individu
untuk mempengaruhi memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan
kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organisasi … (House et. Al.,
1999 : 184). Menurut Handoko (2000 : 294) definisi atau pengertian kepemimpinan
telah didefiinisikan dengan berbagai cara yang berbeda oleh berbagai orang yang
berbeda pula. Menurut Stoner, kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan
sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut,
antara lain: Pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain – bawahan atau
pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpinan, para
anggota kelompok membantu menentukan status/kedudukan pemimpin dan membuat
proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua kualitas kepemimpinan
seorang manajer akan menjadi tidak relevan. Kedua, kepemimpinan menyangkut
suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang di antara para pemimpin dan
anggota kelompok. Para pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai
kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat
mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin secara langsung, meskipun dapat juga
melalui sejumlah cara secara tidak langsung. Ketiga, pemimpin mempergunakan
pengaruh. Dengan kata lain, para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan
apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat memepengaruhi bagaimana bawahan
melaksanakan perintahnya.
b. Strategi dan Performasi
Pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan,
perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.Fungsi
yang penting dari sebuah manajemen adalah untuk kreatif dalam menghadapi
tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaannya mencapai tujuan
perusahaan terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai aktivitas bisnisnya
berbagai kompromi etika. Sebuah perusahaan yang jelek akan memiliki kesulitan
besar untuk menyelaraskan target yang ingin dicapai perusahaannya dengan
standar-standar etika. Karena keseluruhan strategi perusahaan yang disebut
excellence harus bisa melaksanakan seluruh kebijakan-kebijakan perusahaan guna
mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang jujur.
c. Karakteristik individu
Merupakan suatu proses psikologi yang mempengaruhi
individu dalam memperoleh, mengkonsumsi serta menerima barang dan jasa serta
pengalaman. Karakteristik individu merupakan faktor internal (interpersonal)
yang menggerakan dan mempengaruhi perilaku individu”.
d. Budaya Organisasi
Menurut Mangkunegara, (2005:113), budaya organisasi
adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang
dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi
anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi
internal.
Budaya organisasi juga berkaitan dengan
bagaimana karyawanmemahami
karakteristik budaya suatu organisasi, dan tidak terkait dengan apakah karyawan
menyukai karakteristik itu atau tidak. Budaya organisasi adalah suatu sikap
deskriptif, bukan seperti kepuasan
kerjayang lebih bersifat evaluatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar